Lebih Tau, Lebih Cerdas, Berpikir Lebih Ilmiah..!!

Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu, itulah permulaan ilmu..!! Lebih Tau, Lebih Cerdas, Berpikir Lebih Ilmiah..!

Rabu, 05 Februari 2020

What have you to keep in mind?

Hello guys (agak datarr).


Singkat kata tapi panjang cerita, setelah hampir 4th blog ini mati suri, si empu akhirnya memutuskan untuk me-nu-lis la-giiii...

Soo... beta (aku, saya, abdi or anything else) kali ini pengen nulis dengan bahasa yang santuyy gak ilmiah-ilmiah amat gak teoritis-teoritis amat tapi gak fiktif pastinya...

Well, pada chance kali ini mau sedikit nge-ghibah nih tentang what the meaning of "Keluarga Berencana", by the way any way, facts in society kita kalo ngomong soal Keluarga Berencana itu identik banget sama alat kontrasepsi (kondom, suntik, pil, implant, iud, dll), alat kontrasepsi itu bikin orang gak bisa hamil lagi, gak bisa punya anak lagi, bisa bikin mandul and any more opini-opini yang "berkeliaran" di society kita. Padahal kalo ngomong soal Keluarga Berencana itu maknanya luuuuuas banget (kek cinta-ku pada-nya = Wacko/CrazyPerson) Benar gak seeehhh?? Marii kita rapatkan barisan untuk nge-gibah secara mendalam, akurat dan berimbang (wakakakak)!

Oke genks, Keluarga Berencana sendiri terdiri dari dua suku kata  Keluarga dan Berencana artinya ada keluarga ada perencanaan. So, kapan seh kita memulai perencanaan? Dan apa seh yang harus direncanakan?

Well, berencana itu baiknya dimulai saat kita remaja (Kaum Millenial dan Zillenial) sayangnya diusia kritis gini baru paham artinya berencana (Aku), atau untuk kita yang udah "telat usia" baiknya berencana itu dilakukan sebelum kita menikah.

Trus apa yang mau direncanakan?
Facts-nya Millenial dan Zillenial adalah generasi yang hanya mau menerima sesuatu jika hal itu relevan dengan hidup mereka, so gak perlu merencanakan sesuatu yang too heavy tapi dimulai dari hal-hal sepeleh hingga perkara yang penting dan menentukan hidup kita tapi tidak bersifat top-down, taglineistik, jargonistik dan terkesan memerintah atau memaksa kehendak gitu.

Misalnya....  ‘Mau nonton apa akhir pekan ini?’, ‘Mau jalan-jalan berapa kali dan kemana tahun ini?’, ‘Mau nabung yang bagaimana agar bisa jalan-jalan?, ’Mau sekolah di mana dan belajar apa?’, ‘Mau kerja dimana dan bidang apa?’, ‘Mau nikah di usia berapa?’, ‘Mau punya anak berapa?’, 'Jarak setiap anak berapa tahun?, 'Anak mau diasuh dengan pola yang seperti apa?', 'Anak mau dikasih pendidikan seperti apa?, 'anak lu mau dikasih bekal skill yang kayak apa?, 'Lu mau menabung dengan cara apa?', ‘Dau lu mau pensiun di usia berapa?’, dan seterusnya. 

Nah guys, untuk kita yang "usia kritis" kek gini pastinya sering dihadapkan dengan pertanyaan satiris 'Kapan Nikah?' (benar gak cui, jujur aja). Instead of cerita "jangan sampe nge-gass nikah hanya karena pertanyaan satiris "kapan nikah?".... rem guys rem... #berencanaitukeren (bawa-bawa tagline bkkbn), anggap aja itu kentang yg dicolek es krim (coba aja, pasti lu gak suka). It's deeper than that. Karena sejatinya pernikahan bukan tentang We got a groovy kind of love tapi ada asprak yg harus lu prasetia-kan. Tentang hubungan manusia, idealisme yang dibangun, sembah dan sangka diri yang mutlak di pertanggungjawabkan secara vertikal pada Tuhan (where you're gonna end up).

((Sedikit intermezo ne guys,
Kemarin ada teman yang tanya bagaimana tips punya banyak teman cewe/cowo tapi gak baper? (Njirr, kek tiba2 berasa kek konsultan cinta aja padahal gak punya kisah cinta). Kalo menurut beta sih, gak perlu bawa-bawa perasaan dalam hubungan pertemanan guys, santai-santai aja. Tapi kalau dalam perjalanan pertemanan trus lu suka sama teman lu, berasa nyaman atau sudah satu frekuensi yah tinggal bilang aja. Emang sih di Era 4.0 udah gak zaman bilang I Love You guyss.. tapi ada tipe orang tertentu yang menjadikan pernyataan suka lu itu sebagai landasan atau sumber hukum yang jelas (lebaaii) untuk bagaimana dia harus bersikap sama lu, apa sebagai teman sahabat atau lebih dari itu. Teeett... Cukup intermezonya. Kembali ke lep-top!))

Kok kek berat yaks... Anggap aja itu sedikit metafora sebagai bahan ber-kontemplasi!

Jadi, bisa dijelaskan secara sederhana bahwa alat kontrasepsi itu hadir sebagai salah satu cara untuk membantu lu menyukseskan perencanaan lu diatas. Misalnya lu pengen jarak anak pertama sama anak kedua atau anak kedua ke anak ke tiga dst adalah minimal 2 s/d 3 tahun maka salah satu alternatifnya adalah dengan memakai alat kontrasepsi (sesuai pilihan) lu tentunya.

Jadi what you have to keep in mind adalah pakai alat kontrasepsi itu untuk mengatur jarak kehamilan bukan untuk buat kita gak boleh hamil lagi. Gimana kalo setelah pakai beberapa tahun trus pengen hamil lagi? Gak papa guys, tinggal datang ke Faskes (Puskesmas/RS), lepaskan, lalu program hamil lagi deeh.

Btw, kenapa seh jarak kehamilan harus minimal 2th? YOLO (You Only Live Once) meen,, gue pengen punya anak 1 tahun 1 (gak papa seh, gak salah = senyum dong), lagian perintah agama suru kita buat anak sebanyak-banyaknya buat menuhin bumi ini (well.... Beta sukak nih kalo bawa-bawa agama = kek ada manismanisnya).

Dari segi kesehatan (bukan segi 3 4 5 atau 6 ya cuii) kondisi rahim ibu pasca melahirkan anak pertama membutuhkan waktu kurang lebih 2th untuk pulih dan siap untuk hamil lagi, menjaga jarak kelahiran berarti memberikan waktu  istirahat untuk mengembalikan otot-otot tubuh seperti semula, memulihkan organ kewanitaan setelah melahirkan, menyiapkan kondisi psikologis ibu yang mengalami trauma pasca melahirkan karena rasa sakit saat melahirkan atau saat dijahit. Ini membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membuat wanita siap lagi untuk hamil dan melahirkan.

Dari segi agama exactly setiap agama itu sayang banget sama umatnya, bahkan anjuran menyusui (ASI) anak pun jelas diperintahkan,

"Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna....." { Qs. Al-Baqarah: 233 }

Dengan menjaga jarak kelahiran seorang ibu punya kesempatan untuk menyusui anaknya secara ekslusif sampai dengan dua tahun dan punya waktu untuk memberikan perhatian dan nutrisi pada anak di masa golden age-nya.

Okeh genks, yang masih bertahan membaca tulisan yang agakagak gak jelas sampai pada paragraf ini (wkwkwk) ada beberapa tips nih apa yang harus direncakan sebelum menikah dan pasca menikah versi bkkbn (maap bukan promosi, kebetulan saya salah satu prajurit bkkbn) LMAO (Laughing My Ass Off), cekidot:





Sekian sampe disini tulisan unfaedah tapi gak fiktif tentunya. Jangan baper bacanya, santai aja. Ide-ide atau buah pemikiran teman-teman yang kreatif dan konstruktif pastinya silahkan kita ghibah samasama bisa lewat link Whatsapp di bawah ini.