Lebih Tau, Lebih Cerdas, Berpikir Lebih Ilmiah..!!

Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu, itulah permulaan ilmu..!! Lebih Tau, Lebih Cerdas, Berpikir Lebih Ilmiah..!

Senin, 18 Mei 2015

GAY & LESBIAN DI NTT

ANALISIS MASALAH
Keberadaan Kaum lesbian dan homo memang sudah tidak asing lagi didengar dan dilihat. Karena tidak sedikit komunitas itu dengan bangganya menunjukkan eksistensinya dihadapan publik. Sungguh tak biasa jika orang awam yang melihat dan menilainya, tapi fenomena yang tersaji adalah mereka-mereka yang mengaku berlesbian dan homo tersebut tidak merasa ragu mengatakan dan memamerkan kedekatan emosional mereka didepan publik. Di Indonesia, sekelompok lesbian dan homo tidak tanggung-tanggung mempublikasikan komplotannya ke masyarakat dengan cara membentuk komunitas lesbian atau gay. Rasa malu sudah tidak lagi menjadi penghalang, bahkan kaum mereka lebih bangga mempertahankan status bias gendernya kepada publik.
Sebetulnya perkataan homosexual diterjemahkan secara harfiah adalah “sama gender" yang merupakan gabungan prefix Yunani, homo berarti "sama" dan asas Latin sex berarti "seks." Istilah homosexual pertama kali diterbitkan secara bercetak dalam pamflet Jerman yang diterbitkan pada 1869 secara tanpa nama yang ditulis oleh novelis Karl-Maria Kertbeny, kelahiran Austria. Cukup beragam faktor-faktor penyebab dari munculnya sekelompok orang yang mengaku dan menunjukkan status mereka sebagai seorang homo atau lesbian. 
DEFINISI HOMOSEKSUAL
Homoseksual merupakan salah satu masalah yang menghinggapi remaja saat ini. Fakta dilapangan menunjukan bahwa perilaku homoseksual dilakukan mulai umur remaja. Sebagai contoh, jumlah homoseksual di Kanada sekitar 1% dari keseluruhan penduduknya, dengan usia 18-59 tahun. Sedangkan di Amerika berdasarkan hasil penelitian dari National Center for Health Research (Kamilia Manaf: 2007) tahun 2002 sekitar 4,4% masyarakat Amerika pernah melakukan hubungan homoseksual, dengan usia 15-44 tahun. Di Indonesia sendiri (Deti Riyanti dan Sinly Evan Putra: 2008) berdasarkan hasil statistik menunjukan bahwa sekitar 8 sampai 10 juta pria pernah terlibat dalam hubungan homoseksual.

Para ahli mendefinisikan homoseksual secara beragam, menurut Deti Riyanti dan Sinly Evan Putra (2008) homoseksual dapat diartikan sebagai kelainan terhadap orientasi seksual yang ditandai dengan timbulnya rasa suka terhadap orang lain yang mempunyai kelamin sejenis atau identitas gender yang sama. Sedangkan Kaplan (Wayan Westa: 2006) mengemukakan bahwa homoseksual adalah penyimpangan psikoseksual di mana seseorang dewasa tertarik gairah seksualnya dengan teman sejenis.
TAHAP PERKEMBANGAN GAY DAN LESBIAN
Tahap 1. Sensitisasi
Pada tahap ini anak memiliki perasaan yang berbeda dari kelompoknya dengan jenis kelamin yang sama tanpa mengetahui alasan dari perbedaan perasaan ini.  Perasaan ini tidak spesifik dan nonseksual. Fase ini terjadi sebelum masa remaja.  Jika pada masa remaja awal diketahui terdapat orientasi seksual yang berbeda seperti perasaan dan perilaku, mungkin perlu dipertimbangkan perilaku homoseksual. 
Tahap 2. Kebingungan Identitas (Identity Confusion)
Pada tahap ini mulai terjadi daya tarik terhadap teman sesama jenis, sering kehilangan daya tarik terhadap jenis kelamin yang berbeda.  Fase ini biasanya terjadi pada masa remaja awal.  Beberapa remaja Gay dan lesbian mulai mencoba melakukan aktivitas seksual.  Pada fase ini beberapa remaja mencoba untuk menolak (denial) atau merubah perasaan homoseksualnya, beberapa remaja menunjukkan permusuhan dengan orang Gay dan lesbian. Remaja yang diidentifikasi sebagai homoseksual mempunyai resiko tinggi terhadap depresi, penyalahgunaan obat dan bunuh diri.  Remaja Gay dan lesbian yang menghindar dari perasaan homoseksual atau biseksualnya ke dunia luar (outside world) (“in the closet”), energinya sebagian besar dihabiskan untuk menghindar dan bersembunyi dari kecenderungan perasaan seksualnya, ada juga yang menghabiskan waktunya di bidang akademis, olahraga dan kerja keras lainnya.
Tahap 3. Asumsi Identitas (Identity Assumtion)
Pada tahap ini remaja mulai menerima dirinya sebagai seorang Gay dan lesbian, hal ini terjadi pada masa remaja lanjut (usia 18-21 tahun). Remaja ini mulai memperlihatkan orientasi seksualnya pada teman-temannya dengan ciri-ciri tersendiri. Pengungkapan orientasi ini mempunyai resiko penolakan dari kelompok atau anggota keluarga, sehingga anak akan lari dari rumah.  Remaja yang mendapat ejekan atau kekerasan fisik di luar dan akan drop out dari sekolahnya.  Ada beberapa remaja Gay dan lesbian akan keluar dari rumah, mencari tempat penuh resiko seperti prostitusi dan penyalahgunaan obat-obatan.  Remaja ini mulai mempunyai penghasilan dengan bergabung dengan kelompok Gay dan lesbian.
Tahap 4. Komitmen (Commitment)
Remaja Gay dan lesbian sampai dewasa muda, menyadari dan menerima identitas dirinya, dan masyarakat lebih mengenal sebagai seorang homoseksual.  Remaja Gay dan lesbian mendapat kepuasan dan tidak mau merubah identitas seksualnya.  Pengungkapan pada keluarga terjadi pada tahap ini. Pada tahap ini hubungan intim sangat mungkin terjadi.

Menurut Wijana dan Soetjiningsih (2007) permasalahan remaja Gay dan lesbian. Pada umumnya hampir sama dengan permasalahan remaja heteroseksual lainnya. Ada beberapa masalah terutama masalah kesehatan yang berhubungan langsung dengan perilaku kaum Gay dan lesbian. Garafalo dalam Meininger (2002) melaporkan bahwa pada tahun 1999 remaja Gay dan lesbian lebih banyak yang merokok dibandingkan remaja heteroseksual, usia mulai merokok pada remaja Gay dan lesbian secara bermakna lebih muda yaitu sebelum usia 13 tahun (48% remaja GLB vs 23% remaja heteroseksual). 
Rosario dalam Meininger (2002) melaporkan pada tahun 1997, penyalahgunaan obat-obatan 0,4 kali lebih tinggi pada kaum lesbian atau biseksual dibanding kaum heteroseksual dan 4,4 kali lebih tinggi pada gay atau laki-laki biseksual dari pada kaum heteroseksual. Hal ini memiliki korelasi positif antara penyalahgunaan obat-obatan  dengan adanya tekanan psikologis pada kaum Gay dan lesbian. Oleh karena tekanan dan stigma pada orientasi seksualnya mengakibatkan terbatasnya ketrampilan dan sumber pendapatan, menyebabkan ketergantungan pada alkohol dan obat-obatan terlarang. 

Terdapat bukti yang kuat bahwa percobaan bunuh diri pada remaja Gay dan lesbian lebih sering dibanding remaja heteroseksual.  Beberapa penyebab percobaan bunuh diri disebutkan berhubungan dengan kesehatan jiwa, penyalahgunaan obat-obatan dan faktor tidak nyaman dengan jenis kelaminnya (coming out) dan adanya homophobia. Pada penelitian sekolah lanjutan di Minnesota, Ramafaedi dalam Meininger (2002) melaporkan 28% gay atau laki-laki biseksual mengalami percobaan bunuh diri dibandingkan 14% kelompok heteroseksual.  Hal ini menunjukkan terdapat bukti kuat bahwa seksual orientasi remaja berhubungan dengan kejadian bunuh diri. 

Secara umum setiap remaja Gay dan lesbian memiliki resiko tinggi akan tertular IMS.  Beberapa penyakit yang sering terjadi adalah Gonorrhea pada uretra, faring dan anorektal.  Infeksi kuman Chlamedia biasanya pada uretra dan anorektal. Penyakit syphilis dapat terjadi sebagai ulkus sekitar anus, faring, mulut dan penis serta herpes simpleks pada mulut faring dan anus. Saat ini penyakit yang paling mendapat perhatian serius dan banyak berhubungan dengan homoseksual adalah AIDS yang pada mulanya ditemukan tahun 1981 pada kaum homoseksual. 

Demikian tinggi resiko gangguan kesehatan  jiwa, penularan penyakit seks maupun penyalahgunaan obat terlarang bagi kaum gay dan lesbian.  

PENYEBAB GAY & LESBIAN 
1. Faktor Keluarga 
Sebuah teori umum yang dipakai bertahun - tahun dalam menjelaskan penyebab homoseksualitas, sebagai pondasi pada praktek psikologi atau pemuka agama untuk perubahan homoseksual pria menjadi heteroseksual, adalah disfungsi hubungan antara orang tua, keluarga, dan anak, sering disebut sebagai teori "ibu yang dominan dan ketiadaan figur ayah." Jika seorang wanita homoseksual, lalu peran orang tua biasanya dibalik. Tapi riset para profesional membuktikan praktek teori ini tidak memperhatikan saudara laki dan saudara perempuan lainnya yang tumbuh di rumah yang sama dengan "ibu yang dominan dan ketiadaan figur ayah," dan tumbuh menjadi heteroseksual. Teori ini juga tidak mempertimbangkan kembar identik yang dipisahkan saat lahir, yang dibesarkan oleh orang tua yang berbeda, berbeda kultur dan sosial, dan keduanya menjadi homoseksual waktu dewasa. Dalam kenyataannya, penelitian menunjukan jika model keluarga dengan "ibu yang dominan dan ketiadaan figur ayah," ini sesungguhnya mungkin sebagai "hasil" seorang anak menjadi gay atau lesbian, dan bukan sebagai penyebab. Di dalam rumah yang demikian, seorang ayah mungkin secara tidak sadar merasakan perbedaan di anak gay , dan dirinya yang menjauh, tidak tahu bagaimana mengenali atau berinteraksi dengan anak. Kemudian, seorang ibu mungkin merasa perlu untuk memelihat dan melindungi anak yang malang ini, menggantikan ayah yang menarik diri. 
2. Kebingungan Seksual
Gay man dan lesbian sering terjadi bukan  karena orientasi seksual mereka, tetapi karena beberapa disfungsi dalam proses dan perkembangan di kehidupan mereka. Seseorang dapat berubah atau membungkus orientasi seksual mereka ke arah yang tidak sesuai dengan kodrat mereka. Contoh, beberapa wanita yang terlibat dalam aktifitas homoseksual tidak benar - benar lesbian, tetapi sebenarnya heteroseksual yang tidak mampu mengembangkan hubungan yang baik dan positif dengan pria, baik karena tidak adanya model peran yang baik, atau pengalaman kekerasan secara seksual, verbal, atau fisik dari seorang pria; mereka beralih, dalam luka batin mereka, pada sebuah pencarian untuk pengasuhan dan penyembuhan di luar norma mereka; daripada mencari bantuan terapi untuk menyembuhkan trauma mereka, mereka mulai terlibat dalam disfungsi seksual dan hubungan emosional. Lebih lanjut, beberapa pria adalah heteroseksual yang terlibat aktifitas homoseksual, perilaku, dan identitas palsu yang disebabkan beberapa bentuk identitas diri atau seksual, penerimaan diri, dan atau disfungsi harga diri; hal ini ditunjukan terutama oleh kebingungan peranan gender pria tradisional yang "diterima"nya, sebuah pencarian untuk  pengasuhan pria, atau penyembuhan terhadap putusnya hubungan pria. Disfungsi pada orientasi seksual mungkin menjadi bukti luka batin yang dalam, yang menjelma menjadi kebingungan, atau identitas seksual sebenarnya yang dibelokan. Pada umumnya, pada kebanyakan orang yang orientasi seksualnya diketahui, menjelma baik positif atau negatif. Tetapi, pada beberapa orang dengan disfungsi peranan gender atau identitas seksual mungkin menyebabkan timbulnya aktifitas seksual yang membingungkan.
3. Kekerasan Seksual 
Anak yang mengalami kekerasan secara seksual, apakah dilakukan oleh orang yang sama jenis kelaminnya atau lain jenis, tidak akan tumbuh menjadi gay atau lesbian, tetapi trauma yang demikian dapat membelokan dan mencegah perkembangan orientasi seksual yang alamiah dan sehat, identitas seksual, dan hubungan seksual yang sehat. Penelitian menunjukan bahwa mayoritas orang yang mendapat kekerasan seksual pada waktu kecil adalah heteroseksual, bukan homoseksual, pada orientasi seksual mereka. Kekerasan seksual adalah sebuah kejahatan yang kejam, bukan sebuah kejahatan seks; Ini adalah sebuah kejahatan kekuatan satu orang terhadap orang lain, yang diarahkan di sekitar seksualitas. Anak yang mendapat kekerasan secara seksual sering berpikir mereka telah “ melakukan sesuatu yang pantas mendapatkannya,” mereka memberikan semacam sinyal yang menyebabkan hal tersebut. Bukan ini masalahnya; anak menjadi korban kejahatan, bukan pelaku kejahatan. Anak selalu tidak berdosa, selalu. Tetapi, rasa malu dan rasa bersalah yang palsu dapat menyebabkan seorang anak berkeyakinan ada sesuatu yang salah pada diri mereka. Kekerasan pada anak mungkin menyebabkan seorang anak tumbuh dengan disfungsi seksual, dan atau kebingungan orientasi seksual, termasuk hubungan seksual yang tidak sehat.
4. Faktor Lingkungan 
Pergaulan pun memiliki kemungkinan dapat mempengaruhi seseorang menjadi gay atau lesbian, misalnya orang tersebut terlalu sering bergaul dengan kelompok lesbi atau homo sehingga dia pun merasa tertarik dan ingin bergabung secara mendalam dengan kelompok lesbi atau gay tersebut. 
DATA YANG DIPEROLEH
Dari keseluruhan penduduk NTT, dilakukan pendataan terhadap beberapa responden oleh KPA (Komisi Penanggulangan AIDS). Dari hasil pendataan tersebut, di peroleh sekitar 12,5% responden perempuan lesbi dan 5,2% laki-laki gay, 3,5% perempuan dan 1,1% laki-laki biseksual, sementara  77,7% normal. Dari data tersebut, dapat kami simpulkan bahwa 17,7% adalah lesbian dan guy serta 4,6% adalah biseksual.  
DAMPAK TERHADAP KESEHATAN INDIVIDU DAN MASYARAKAT



Secara umum setiap kaum gay man dan lesbian memiliki resiko tinggi akan tertular IMS.  Beberapa penyakit yang sering terjadi adalah Gonorrhea pada uretra, faring dan anorektal.  Infeksi kuman Chlamedia biasanya pada uretra dan anorektal. Penyakit syphilis dapat terjadi sebagai ulkus sekitar anus, faring, mulut dan penis serta herpes simpleks pada mulut faring dan anus. Saat ini penyakit yang paling mendapat perhatian serius dan banyak berhubungan dengan homoseksual adalah AIDS yang pada mulanya ditemukan tahun 1981 pada kaum homoseksual.Demikian tinggi resiko gangguan kesehatan  jiwa, penularan penyakit seks maupun penyalahgunaan obat terlarang bagi kaum gay, lesbian. Selain itu, hubungan intim melalui anal seks ini juga akan menimbulkan berbagai penyakit 'aneh' dan berbahaya, seperti hepatitis C dan HIV-AIDS. Hal ini telah terbukti secara jelas melalui temuan penelitian dari pakar kesehatan di luar negeri. Jadi, sebaiknya setiap pasangan harus menghindari aktifitas penetrasi anal ini dalam hubungan seksualnya, demi kesehatan. 

Anal sex bukan hanya intercourse liang dubur saja, seks anal bisa saja dilakukan lewat jari ataupun bahkan secara oral. Anal seks sangat berbahaya. ada sepuluh penyakit yang bisa muncul akibat aktivitas seks anal. sebagian penyakit menular dan sisanya berupa trauma, cidera, dan termasuk resiko terkena kanker dubur. kasus kanker dubur (anal cancer) cukup tinggi di kalangan "men sex with men", secara medis diperkirakan iritasi mekanis yang lama pada liang dubur yang timbul akibat melakukan aktivitas seks anal yang kemudian mencetuskan terbentuknya sel-sel ini kemudian menjadi cikal bakal sel kanker. semua penyakit menular seksual seperti HPV (human papiloma virus), gonorrohea, herpes kelamin, hepatitis B, dan HIV-AIDS, berpontensi untuk ditularkan lewat seks anal. yang menjadi objek anal pun bisa mengalami cidera berupa lecet atau belah pada liang dubur. selain itu juga dapat timbul pernanahan, terbentuknya jembatan saluran (fisula), serta terbentuknya wasir semua penyakit dan kelainan dubur bias disembuhkan kecuali herpes dan HIV-AIDS

TEORI PENDEKATAN KASUS

Teori Fungsionalism
“Teori ini berkembang karena adanya pembagian kelas sosial. Setiap peran di masyarakat dilihat sebagai pemenuhan fungsi sosial. Kesakitan didefinisikan sebagai penyimpangan karena menurunkan kemampuan inidividu untuk berfungsi secara sosial. Kesehatan dipandang sebagai faktor yang berfungsi sebagai pengontrol sosial.”
Dari teori ini gay man dan lesbian dianggap sakit karena tidak menjalankan fungsi sosialnya secara normal. Perilaku mereka dianggap menyimpang dari kodrat manusia dimana seharusnya manusia berpasangan dengan lawan jenis dan bukan dengan yang sejenis. Akibatnya kaum gay dan lesbian kurang mendapatkan kebebasan untuk berproduksi atau bekerja seperti manusia normal.

Teori Perilaku Pertukaran 
“George Homans mengembangkan teori pertukaran berdasarkan prinsip-prinsip transaksi ekonomi, yaitu manusia menawarkan jasa/barang tertentu dengan harapan memeperoleh imbalan jasa/barang lain. Interaksi social pun menggunakan prinsip resiprositas seperti dalam transaksi ekonomi. Artinya individu melakukan suatu tindakan demi mendapatkan imbalan atau justru untuk menghindari hukuman.”
Kebanyakan laki-laki dan perempuan menjadi gay atau lesbian karena didorong oleh faktor ekonomi. Misalnya, banyak waria dilokalisasi yang bekerja melayani lelaki hidung belang hanya untuk mendapatkan uang. Karena imbalan yang diperoleh memuaskan maka mereka cenderung memilih untuk menjadi pelaku gay dengan penghasilan yang memuaskan daripada hidup normal tapi sengsara. Mereka tidak perduli dengan akibat dari tindakannya yang penting mereka hidup hanya untuk having fun dengan uang yang mereka peroleh.