ANALISIS MASALAH
Keberadaan Kaum lesbian dan homo memang sudah
tidak asing lagi didengar dan dilihat. Karena tidak sedikit komunitas itu
dengan bangganya menunjukkan eksistensinya dihadapan publik. Sungguh tak biasa
jika orang awam yang melihat dan menilainya, tapi fenomena yang tersaji adalah
mereka-mereka yang mengaku berlesbian dan homo tersebut tidak merasa ragu
mengatakan dan memamerkan kedekatan emosional mereka didepan publik. Di Indonesia, sekelompok lesbian dan homo
tidak tanggung-tanggung mempublikasikan komplotannya ke masyarakat dengan cara
membentuk komunitas lesbian atau gay. Rasa malu sudah tidak lagi menjadi
penghalang, bahkan kaum mereka lebih bangga mempertahankan status bias
gendernya kepada publik.
Sebetulnya perkataan homosexual
diterjemahkan secara harfiah adalah “sama gender" yang merupakan gabungan
prefix Yunani, homo berarti "sama" dan asas Latin sex
berarti "seks." Istilah homosexual
pertama kali diterbitkan secara bercetak dalam pamflet Jerman yang diterbitkan
pada 1869 secara tanpa nama yang ditulis oleh
novelis Karl-Maria
Kertbeny,
kelahiran Austria. Cukup beragam faktor-faktor penyebab dari munculnya
sekelompok orang yang mengaku dan menunjukkan status mereka sebagai seorang
homo atau lesbian.
DEFINISI HOMOSEKSUAL
Homoseksual merupakan salah satu
masalah yang menghinggapi remaja saat ini. Fakta dilapangan menunjukan bahwa
perilaku homoseksual dilakukan mulai umur remaja. Sebagai contoh, jumlah
homoseksual di Kanada sekitar 1% dari keseluruhan penduduknya, dengan usia
18-59 tahun. Sedangkan di Amerika berdasarkan hasil penelitian dari National
Center for Health Research (Kamilia Manaf: 2007) tahun 2002 sekitar 4,4%
masyarakat Amerika pernah melakukan hubungan homoseksual, dengan usia 15-44
tahun. Di Indonesia sendiri (Deti Riyanti dan Sinly Evan Putra: 2008)
berdasarkan hasil statistik menunjukan bahwa sekitar 8 sampai 10 juta pria
pernah terlibat dalam hubungan homoseksual.
Para ahli mendefinisikan homoseksual
secara beragam, menurut Deti Riyanti dan Sinly Evan Putra (2008) homoseksual
dapat diartikan sebagai kelainan terhadap orientasi seksual yang ditandai
dengan timbulnya rasa suka terhadap orang lain yang mempunyai kelamin sejenis
atau identitas gender yang sama. Sedangkan Kaplan (Wayan Westa: 2006) mengemukakan
bahwa homoseksual adalah penyimpangan psikoseksual di mana seseorang dewasa
tertarik gairah seksualnya dengan teman sejenis.
TAHAP PERKEMBANGAN GAY DAN LESBIAN
Tahap 1. Sensitisasi
Pada tahap ini anak memiliki perasaan yang berbeda dari kelompoknya
dengan jenis kelamin yang sama tanpa mengetahui alasan dari perbedaan perasaan
ini. Perasaan ini tidak spesifik dan nonseksual. Fase ini terjadi sebelum
masa remaja. Jika pada masa remaja awal diketahui terdapat orientasi
seksual yang berbeda seperti perasaan dan perilaku, mungkin perlu
dipertimbangkan perilaku homoseksual.
Tahap 2. Kebingungan Identitas (Identity Confusion)
Pada tahap ini mulai terjadi daya tarik terhadap teman sesama jenis,
sering kehilangan daya tarik terhadap jenis kelamin yang berbeda. Fase
ini biasanya terjadi pada masa remaja awal. Beberapa remaja Gay dan
lesbian mulai mencoba melakukan aktivitas seksual. Pada fase ini beberapa
remaja mencoba untuk menolak (denial) atau merubah perasaan
homoseksualnya, beberapa remaja menunjukkan permusuhan dengan orang Gay dan
lesbian. Remaja yang diidentifikasi sebagai homoseksual mempunyai resiko tinggi
terhadap depresi, penyalahgunaan obat dan bunuh diri. Remaja Gay dan
lesbian yang menghindar dari perasaan homoseksual atau biseksualnya ke dunia
luar (outside world) (“in the closet”), energinya sebagian
besar dihabiskan untuk menghindar dan bersembunyi dari kecenderungan perasaan
seksualnya, ada juga yang menghabiskan waktunya di bidang akademis, olahraga
dan kerja keras lainnya.
Tahap 3. Asumsi Identitas (Identity Assumtion)
Pada tahap ini remaja mulai menerima dirinya sebagai seorang Gay dan
lesbian, hal ini terjadi pada masa remaja lanjut (usia 18-21 tahun). Remaja ini
mulai memperlihatkan orientasi seksualnya pada teman-temannya dengan ciri-ciri
tersendiri. Pengungkapan orientasi ini mempunyai resiko penolakan dari kelompok
atau anggota keluarga, sehingga anak akan lari dari rumah. Remaja yang
mendapat ejekan atau kekerasan fisik di luar dan akan drop out dari
sekolahnya. Ada beberapa remaja Gay dan lesbian akan keluar dari rumah,
mencari tempat penuh resiko seperti prostitusi dan penyalahgunaan
obat-obatan. Remaja ini mulai mempunyai penghasilan dengan bergabung
dengan kelompok Gay dan lesbian.
Tahap 4. Komitmen (Commitment)
Remaja Gay dan lesbian sampai dewasa muda, menyadari dan menerima
identitas dirinya, dan masyarakat lebih mengenal sebagai seorang
homoseksual. Remaja Gay dan lesbian mendapat kepuasan dan tidak mau
merubah identitas seksualnya. Pengungkapan pada keluarga terjadi pada
tahap ini. Pada tahap ini hubungan intim sangat mungkin terjadi.
Menurut Wijana dan Soetjiningsih (2007) permasalahan remaja Gay dan
lesbian. Pada umumnya hampir sama dengan permasalahan remaja heteroseksual
lainnya. Ada beberapa masalah terutama masalah kesehatan yang berhubungan
langsung dengan perilaku kaum Gay dan lesbian. Garafalo dalam Meininger (2002)
melaporkan bahwa pada tahun 1999 remaja Gay dan lesbian lebih banyak yang
merokok dibandingkan remaja heteroseksual, usia mulai merokok pada remaja Gay
dan lesbian secara bermakna lebih muda yaitu sebelum usia 13 tahun (48% remaja
GLB vs 23% remaja heteroseksual).
Rosario dalam Meininger (2002) melaporkan pada tahun 1997,
penyalahgunaan obat-obatan 0,4 kali lebih tinggi pada kaum lesbian atau
biseksual dibanding kaum heteroseksual dan 4,4 kali lebih tinggi pada gay atau
laki-laki biseksual dari pada kaum heteroseksual. Hal ini memiliki korelasi
positif antara penyalahgunaan obat-obatan dengan adanya tekanan
psikologis pada kaum Gay dan lesbian. Oleh karena tekanan dan stigma pada
orientasi seksualnya mengakibatkan terbatasnya ketrampilan dan sumber
pendapatan, menyebabkan ketergantungan pada alkohol dan obat-obatan terlarang.
Terdapat bukti yang kuat bahwa percobaan bunuh diri pada remaja Gay
dan lesbian lebih sering dibanding remaja heteroseksual. Beberapa
penyebab percobaan bunuh diri disebutkan berhubungan dengan kesehatan jiwa,
penyalahgunaan obat-obatan dan faktor tidak nyaman dengan jenis kelaminnya (coming
out) dan adanya homophobia. Pada penelitian sekolah lanjutan di
Minnesota, Ramafaedi dalam Meininger (2002) melaporkan 28% gay atau laki-laki
biseksual mengalami percobaan bunuh diri dibandingkan 14% kelompok
heteroseksual. Hal ini menunjukkan terdapat bukti kuat bahwa seksual
orientasi remaja berhubungan dengan kejadian bunuh diri.
Secara umum setiap remaja Gay dan lesbian memiliki resiko tinggi
akan tertular IMS. Beberapa penyakit yang sering terjadi adalah Gonorrhea
pada uretra, faring dan anorektal. Infeksi kuman Chlamedia biasanya pada
uretra dan anorektal. Penyakit syphilis dapat terjadi sebagai ulkus sekitar
anus, faring, mulut dan penis serta herpes simpleks pada mulut faring dan anus.
Saat ini penyakit yang paling mendapat perhatian serius dan banyak berhubungan
dengan homoseksual adalah AIDS yang pada mulanya ditemukan tahun 1981 pada kaum
homoseksual.
Demikian tinggi resiko gangguan kesehatan jiwa, penularan
penyakit seks maupun penyalahgunaan obat terlarang bagi kaum gay dan lesbian.
PENYEBAB GAY & LESBIAN
1. Faktor Keluarga
Sebuah teori umum yang dipakai bertahun - tahun
dalam menjelaskan penyebab homoseksualitas, sebagai pondasi pada praktek
psikologi atau pemuka agama untuk perubahan homoseksual pria menjadi
heteroseksual, adalah disfungsi hubungan antara orang tua, keluarga, dan anak,
sering disebut sebagai teori "ibu yang dominan dan ketiadaan figur
ayah." Jika seorang wanita homoseksual, lalu peran orang tua biasanya
dibalik. Tapi riset para profesional membuktikan praktek teori ini tidak memperhatikan saudara laki dan saudara
perempuan lainnya yang tumbuh di rumah yang sama dengan "ibu yang dominan
dan ketiadaan figur ayah," dan tumbuh menjadi heteroseksual. Teori ini
juga tidak mempertimbangkan kembar identik yang dipisahkan saat lahir, yang
dibesarkan oleh orang tua yang berbeda, berbeda kultur dan sosial, dan keduanya
menjadi homoseksual waktu dewasa. Dalam kenyataannya, penelitian menunjukan
jika model keluarga dengan "ibu yang dominan dan ketiadaan figur
ayah," ini sesungguhnya mungkin sebagai "hasil" seorang anak
menjadi gay atau lesbian, dan bukan sebagai penyebab. Di dalam rumah yang
demikian, seorang ayah mungkin secara tidak sadar merasakan perbedaan di anak
gay , dan dirinya yang menjauh, tidak tahu bagaimana mengenali atau
berinteraksi dengan anak. Kemudian, seorang ibu mungkin merasa perlu untuk
memelihat dan melindungi anak yang malang ini, menggantikan ayah yang menarik
diri.
2. Kebingungan Seksual
Gay
man dan lesbian sering terjadi bukan
karena orientasi seksual mereka, tetapi karena beberapa disfungsi dalam
proses dan perkembangan di kehidupan mereka. Seseorang dapat berubah atau
membungkus orientasi seksual mereka ke arah yang tidak sesuai dengan kodrat
mereka. Contoh, beberapa wanita yang terlibat dalam aktifitas homoseksual tidak
benar - benar lesbian, tetapi sebenarnya heteroseksual yang tidak mampu
mengembangkan hubungan yang baik dan positif dengan pria, baik karena tidak
adanya model peran yang baik, atau pengalaman kekerasan secara seksual, verbal,
atau fisik dari seorang pria; mereka beralih, dalam luka batin mereka, pada
sebuah pencarian untuk pengasuhan dan penyembuhan di luar norma mereka;
daripada mencari bantuan terapi untuk menyembuhkan trauma mereka, mereka mulai
terlibat dalam disfungsi seksual dan hubungan emosional. Lebih lanjut, beberapa
pria adalah heteroseksual yang terlibat aktifitas homoseksual, perilaku, dan
identitas palsu yang disebabkan beberapa bentuk identitas diri atau seksual,
penerimaan diri, dan atau disfungsi harga diri; hal ini ditunjukan terutama
oleh kebingungan peranan gender pria tradisional yang "diterima"nya,
sebuah pencarian untuk pengasuhan pria, atau penyembuhan terhadap
putusnya hubungan pria. Disfungsi pada orientasi seksual mungkin menjadi bukti
luka batin yang dalam, yang menjelma menjadi kebingungan, atau identitas
seksual sebenarnya yang dibelokan. Pada umumnya, pada kebanyakan orang yang
orientasi seksualnya diketahui, menjelma baik positif atau negatif. Tetapi,
pada beberapa orang dengan disfungsi peranan gender atau identitas seksual
mungkin menyebabkan timbulnya aktifitas seksual yang membingungkan.
3. Kekerasan Seksual
Anak
yang mengalami kekerasan secara seksual, apakah dilakukan oleh orang yang sama
jenis kelaminnya atau lain jenis, tidak akan tumbuh menjadi gay atau lesbian,
tetapi trauma yang demikian dapat membelokan dan mencegah perkembangan
orientasi seksual yang alamiah dan sehat, identitas seksual, dan hubungan
seksual yang sehat. Penelitian menunjukan bahwa mayoritas orang yang mendapat
kekerasan seksual pada waktu kecil adalah heteroseksual, bukan homoseksual,
pada orientasi seksual mereka. Kekerasan seksual adalah sebuah kejahatan yang
kejam, bukan sebuah kejahatan seks; Ini adalah sebuah kejahatan kekuatan satu
orang terhadap orang lain, yang diarahkan di sekitar seksualitas. Anak yang
mendapat kekerasan secara seksual sering berpikir mereka telah “ melakukan
sesuatu yang pantas mendapatkannya,” mereka memberikan semacam sinyal yang
menyebabkan hal tersebut. Bukan ini masalahnya; anak menjadi korban kejahatan,
bukan pelaku kejahatan. Anak selalu tidak berdosa, selalu. Tetapi, rasa malu
dan rasa bersalah yang palsu dapat menyebabkan seorang anak berkeyakinan ada
sesuatu yang salah pada diri mereka. Kekerasan pada anak mungkin menyebabkan
seorang anak tumbuh dengan disfungsi seksual, dan atau kebingungan orientasi
seksual, termasuk hubungan seksual yang tidak sehat.
4. Faktor Lingkungan
Pergaulan pun memiliki kemungkinan dapat
mempengaruhi seseorang menjadi gay atau lesbian, misalnya orang tersebut
terlalu sering bergaul dengan kelompok lesbi atau homo sehingga dia pun merasa
tertarik dan ingin bergabung secara mendalam dengan kelompok lesbi atau gay
tersebut.
DATA YANG DIPEROLEH
Dari keseluruhan penduduk NTT, dilakukan
pendataan terhadap beberapa responden oleh KPA (Komisi Penanggulangan AIDS).
Dari hasil pendataan tersebut, di peroleh sekitar 12,5% responden perempuan
lesbi dan 5,2% laki-laki gay, 3,5% perempuan dan 1,1% laki-laki biseksual,
sementara 77,7% normal. Dari data tersebut, dapat kami simpulkan
bahwa 17,7% adalah lesbian dan guy serta 4,6% adalah biseksual.
DAMPAK TERHADAP KESEHATAN INDIVIDU DAN MASYARAKAT
Secara umum setiap kaum gay man dan lesbian memiliki resiko tinggi
akan tertular IMS. Beberapa penyakit yang sering terjadi adalah Gonorrhea
pada uretra, faring dan anorektal. Infeksi kuman Chlamedia biasanya pada
uretra dan anorektal. Penyakit syphilis dapat terjadi sebagai ulkus sekitar
anus, faring, mulut dan penis serta herpes simpleks pada mulut faring dan anus.
Saat ini penyakit yang paling mendapat perhatian serius dan banyak berhubungan
dengan homoseksual adalah AIDS yang pada mulanya ditemukan tahun 1981 pada kaum
homoseksual.Demikian tinggi resiko gangguan kesehatan jiwa, penularan
penyakit seks maupun penyalahgunaan obat terlarang bagi kaum gay, lesbian. Selain itu, hubungan intim melalui anal seks
ini juga akan menimbulkan berbagai penyakit 'aneh' dan berbahaya, seperti
hepatitis C dan HIV-AIDS. Hal ini telah terbukti secara jelas melalui temuan
penelitian dari pakar kesehatan di luar negeri. Jadi, sebaiknya setiap pasangan
harus menghindari aktifitas penetrasi anal ini dalam hubungan seksualnya, demi
kesehatan.
Anal sex bukan hanya intercourse liang dubur saja,
seks anal bisa saja dilakukan lewat jari ataupun bahkan secara oral. Anal seks
sangat berbahaya. ada sepuluh penyakit yang bisa muncul akibat aktivitas seks
anal. sebagian penyakit menular dan sisanya berupa trauma, cidera, dan termasuk
resiko terkena kanker dubur. kasus kanker dubur (anal cancer) cukup tinggi di
kalangan "men sex with men", secara medis diperkirakan iritasi
mekanis yang lama pada liang dubur yang timbul akibat melakukan aktivitas seks
anal yang kemudian mencetuskan terbentuknya sel-sel ini kemudian menjadi cikal
bakal sel kanker. semua penyakit menular seksual seperti HPV (human papiloma
virus), gonorrohea, herpes kelamin, hepatitis B, dan HIV-AIDS, berpontensi
untuk ditularkan lewat seks anal. yang menjadi objek anal pun bisa mengalami
cidera berupa lecet atau belah pada liang dubur. selain itu juga dapat timbul
pernanahan, terbentuknya jembatan saluran (fisula), serta terbentuknya wasir
semua penyakit dan kelainan dubur bias disembuhkan kecuali herpes dan HIV-AIDS
TEORI PENDEKATAN KASUS
Teori Fungsionalism
“Teori
ini berkembang karena adanya pembagian kelas sosial. Setiap peran di masyarakat
dilihat sebagai pemenuhan fungsi sosial. Kesakitan didefinisikan sebagai penyimpangan
karena menurunkan kemampuan inidividu untuk berfungsi secara sosial. Kesehatan
dipandang sebagai faktor yang berfungsi sebagai pengontrol sosial.”
Dari
teori ini gay man dan lesbian dianggap sakit karena tidak menjalankan fungsi
sosialnya secara normal. Perilaku mereka dianggap menyimpang dari kodrat
manusia dimana seharusnya manusia berpasangan dengan lawan jenis dan bukan
dengan yang sejenis. Akibatnya kaum gay dan lesbian kurang mendapatkan
kebebasan untuk berproduksi atau bekerja seperti manusia normal.
Teori Perilaku Pertukaran
“George Homans mengembangkan teori
pertukaran berdasarkan prinsip-prinsip transaksi ekonomi, yaitu manusia
menawarkan jasa/barang tertentu dengan harapan memeperoleh imbalan jasa/barang
lain. Interaksi social pun menggunakan prinsip resiprositas seperti dalam
transaksi ekonomi. Artinya individu melakukan suatu tindakan demi mendapatkan
imbalan atau justru untuk menghindari hukuman.”
Kebanyakan laki-laki dan perempuan
menjadi gay atau lesbian karena didorong oleh faktor ekonomi. Misalnya, banyak
waria dilokalisasi yang bekerja melayani lelaki hidung belang hanya untuk
mendapatkan uang. Karena imbalan yang diperoleh memuaskan maka mereka cenderung
memilih untuk menjadi pelaku gay dengan penghasilan yang memuaskan daripada hidup
normal tapi sengsara. Mereka tidak perduli dengan akibat dari tindakannya yang
penting mereka hidup hanya untuk having fun dengan uang yang mereka peroleh.